Walau tidak menyaksikan langsung kondisi saat Muamba pingsan, yang diperkirakan adalah serangan jantung, sebagai football lovers saya berdoa semoga dirinya hanya sakit pernapasan saja.
Cukup Marc Vivian Foe (Kamerun/Man City) atau Dani Jarque (Spanyol/Espanyol) yang meregangkan nyawa di lapangan hijau.
Sedikit info tentang Muamba. Nama lengkapnya Fabrice Muamba, pemain asal Inggris kelahiran Zaire 23 tahun lalu. Alumnus akademi sepakbola Arsenal ini merupakan salah satu pilar Inggris U-21 bermain di posisi jangkar permainan. Dikarenakan gagal bersaing dengan para pemain bintang di lapangan tengah Arsenal, Muamba pun pindah ke Birmingham City dan kemudian ke klubnya saat ini, Bolton Wanderers.
Para gamers Football Manager pasti tahu bahwa pada FM 2008 atau 2009, pemain ini merupakan salah satu wonderkid alias anak ajaib yang berarti memiliki talenta untuk menjadi pemain worldwide atau kelas dunia.
Akhirnya, Senin 15 Agustus 2011, Cesc Fabregas resmi berpisah dengan Arsenal. Destinasi pelabuhan berikutnya adalah Barcelona. Barca bukan menjadi tempat yang baru untuknya dikarenakan dirinya merupakan alumnus La Masia, tempat penggodokan bakat-bakat muda di tanah Spanyol khususnya wilayah Catalunya. Pada tahun 2003, Arsene Wenger berhasil melihat talenta spesial dalam dirinya dan menawarkan kontrak kerja profesional untuknya.
Tanda-tanda kebintangan Cesc tampak ketika dirinya menjadi pemain termuda sepanjang sejarah perjalanan Arsenal untuk tampil di Liga Inggris ataupun Liga Champions saat umurnya berkisar 16 tahun! Begitupun dengan fakta yang menuliskan bahwa dirinya menjadi pemain termuda Arsenal yang mampu menjebol gawang lawan. Dan dirinya merupakan satu-satunya pemain di skuad Arsenal Yunior yang mampu berpindah kamar ke skuad Arsenal Senior hanya dalam waktu 10 hari saja!
Namun, dengan beberapa fakta itu namanya hanya masuk ke dalam buku sejarah Arsenal, belum masuk ke dalam bagian legenda Arsenal layaknya Thierry Henry yang berlabel King Henry buat para Gooners dikarenakan mampu melewati rekor gol milik Ian Wright plus menjadi salah satu pionir saat Arsenal menjadi undefeated team saat menjuarai EPL 2004.
Ya, Cesc belum mampu mengahdirkan sebuah trofi untuk Arsenal selama hampir 8 tahun perjalanannya bersama Arsenal. Walaupun sempat menjadi Arsenal Skipper dalam dua musim terakhir dan menjadi nadi dalam permainan tiki taka khas Arsenal bersama Samir Nasri, dirinya belum bisa masuk dalam kategori Legenda.
Karena alasan haus gelar itulah, dirinya memilih untuk menerima pinangan Barca dengan harga transfer yang tidak terlalu mahal, untuk pemain sekaliber dirinya, 30 juta pounds. Harga yang hampir sama dikeluarkan Barca untuk merekrut Alexis Sanchez yang baru bersinar di 2 musim terakhir bersama Udinese.
Selamat jalan Cesc, semoga dirimu mendapatkan apa yang engkau inginkan di Barca!
Berbicara mengenai Arsenal, tentu penikmat sepakbola akan terinteprestasi dengan permainan cantik tiki-taka ala Barca dan usia muda. Ya, memang benar! Kedua ciri itu yang akhir-akhir ini disandang oleh skuad Arsene Wenger. Siapa yang meragukan permainan bola dari kaki ke kaki secara cepat yang diperagakan oleh para Young Guns ini? Sampai-sampai beberapa klub khawatir bertemu dengan Arsenal jika tampil full team. Dan ada juga seloroh yang mengatakan bahwa yang bisa meredam Arsenal full team hanyalah Barcelona, sang pemilik gaya permainan tiki-taka.
Namun, yang disayangkan dari Arsenal akhir-akhir ini adalah nihilnya gelar yang diperoleh dari permainan cantik yang diperagakan. Jika berpikir secara pragmatis, untuk apa berproses secara cantik jika akhirnya tidak ada gelar yang didapatkan? Bukankah lebih baik bermain secara pragmatis ala Mourinho di Inter yang akhirnya mampu mendapatkan treble winners, Liga Italia, Piala Italia, dan Liga Champions?
Jika dikomparasikan dengan skuad The Gunners tahun 2004 dimana mereka menjadi undefeated team yang menjuarai EPL serta juara piala FA tahun berikutnya, perbedaan yang tampak nyata adalah di mental juara. Mari kita bandingkan skuadnya.
Tahun 2004, posisi kiper mutlak diamankan oleh Lehmann, yang pernah merasakan Juara Liga Jerman serta Piala UEFA bersama Dortmund. Sedangkan untuk musim ini, posisi tersebut masih belum jelas apakah Fabianski, Almunia, ataukah Szczesny, yang dimana semuanya belum pernah merasakan juara di liga top Eropa.
Beranjak ke backfour di depan kiper. Terpampang nama Lauren, Sol Campbell, M. Keown, dan A. Cole dibandingkan dengan Sagna, Koscielny, Vermaulen, Gibbs. Jika pada skuad 2004, semua nama adalah langganan inti timnas dimana hanya Lauren yang bukan mengusung timnsa Inggris melainkan Kamerun. Sedangkan, untuk saat ini, hanya Sagna dan Vermaulen yang menjadi langganan inti di timnas. Itu pun dengan catatan, Verminator tidak cidera sehingga bisa seperti performa ketika pertama kali bergabung di dua musim lalu.
Beralih ke posisi sentral, yaitu lapangan tengah. Coba dikomparasikan antara Petit, Vieira, Pires, dan Ljungberg dengan Nasri, Fabregas, Diaby, Song, dan Wilshere. Di tahun 2004 terdapat 3 nama pemegang gelar juara dunia dan eropa bersama Prancis ’98 dan 2000 sedangkan di skuad saat ini hanya ada Cesc yang juga berstatus juara Eropa dan Dunia bersama Spanyol 2008 dan 2010. Namun bedanya, skuad 2004 adalah inti di timnas juara sedangkan Cesc hanyalah pelapis bagi Xavi dan Iniesta di Spanyol.
Posisi forward, tampak lebih jelas lagi perbedaan kualitasnya. Bandingkan antara duet Henry – Bergkamp (Wiltord) dengan van Persie – Gervinho (Chamakh). Selain faktor juara dunia dan eropa, dengan kecepatan dan kejeniusannya, Henry mampu menjadi one man show untuk Arsenal, itu belum ditambah kecerdikan seorang Bergkamp ataupun kelincahan Wiltord. Sedangkan van Persie, lebih banyak terkena cidera parah di tengah musim saat dirinya masuk ke peak performance. Chamakh hanya sekedar mampu jadi pelapis buat RvP.
Dengan komparasi tersebut, untuk mematahkan nirgelar dalam tujuh musim, sepertinya yang dibutuhkan Arsenal adalah pemain sepakbola dengan mental juara. Itupun dengan catatan bahwa Cesc tidak jadi bergabung ke Barca (walapun berat) ataupun Nasri ke City.
Walaupun begitu, sebagai fans The Gunners, tentu berharap musim ini skuad Young Guns mampu membawa minimal sebuah trofi ke Emirates Stadium. Siapa tahu akan lahir pemain-pemain masa depan bermental juara dari jasa monsieur Wenger, seperti Wojciech Szczesny, Kieran Gibbs, Armand Traore, Carl Jenkinson, Aaron Ramsey, Jack Wilshere, Carlos Vela, Joe Campbell, Alex Oxlade-Chamberlain, ataupun Ryo Miyaichi.
Walaupun di pekan-pekan awal EPL alias Agustus ini, Arsenal bertemu lawan-lawan yang tidaklah mudah, seperti Newcastle di pekan 1, Liverpool pekan 2, dan MU pekan 3, dan akan diselingi oleh kualifikasi III Liga Champions melawan Udinese setelah melawan Newcastle dan Liverpool. Dan sesungguhnya, inilah ujian awal bernama mental untuk skuad muda The Gunners.
Dan dari semua itu, start akan dimulai nanti pukul 23.30 WIB versus Newcastle United.