Category: Jejak

Langkah Pergi Sang Ramadhan 1435 H

Dan Ramadhan 1435 H ini pun pergi meninggalkan kita. Tak terasa ada air mata yang menetes, seolah ia tak mau tertahan dan kemudian melaju setetes demi setetes untuk mewakili perasaan ini.

Akhirnya, takbir itu bergema di sudut-sudut jalan yang sudah mulai sepi ditinggal mudik penghuni. Takbir yang beresonansi dari para penghuni masjid membuat suasana riuh menyambut ceria kedatangan Syawal. Tabuhan beduk menghiasi keramaian takbir keliling para anak dan remaja sekitar. Letupan-letupan bunyi petasan dan kembang api pun juga tak mau kalah menyemarakkan malam yang biasanya hening ini.

Continue reading “Langkah Pergi Sang Ramadhan 1435 H”

Antara 2004, 2009, dan 2014

Ketika memilih menulis judul bilangan angka di atas, lantas  sekelebat memori bergulir dan mengajakku melamun sejenak. Lamunan yang kemudian menghasilkan sebuah romantisme masa lalu dan menggoreskan senyuman yang jelas tidak akan terulang untuk kedua kalinya.

Apa sih yang menarik dari angka-angka di atas? Aaah, untuk segelintir orang, kumpulan angka tersebut sudah bisa ditebak alias bukan rahasia umum. Hampir 3 periode, diriku mengikuti masa itu. Sebuah masa yang mengharu biru, sebuah masa yang mungkin akan menjadi bahan cerita untuk kehidupan di masa mendatang.

Periode pertama, 2004. Pengalaman pertamaku memasuki masa ini. Namanya pengalaman pertama, tentu antusiasme tinggi membuncah di perasaan kala itu. Dengan bermodalkan amunisi gantungan kunci serta stiker, perlahan namun pasti amunisi tersebut habis diminta oleh teman-teman sekolah. – Dan tentu saja ada closing di dalamnya 🙂 -. Ada juga pengalaman berkesan yaitu pemasangan atribut di atas tenda di malam sebelum pertunjukkan. Sebuah pengalaman menarik yang menjadi modal berharga untuk kehidupanku sampai saat ini. Euforia pengalaman pertama tersebut membuatku memiliki itikad bahwa di 2009 nanti, diri ini ingin berkontribusi di wilayah yang berbeda. Dan akhirnya itikad tersebut terkabul dengan merapatnya tubuh ini di bumi Keraton.

Continue reading “Antara 2004, 2009, dan 2014”

2 Februari, 6 Tahun lalu

Dan kembali saya menyadari bahwa tanggung jawab itu hanyalah sebuah trial alias test case apakah diri ini layak atau tidak diberikan tanggung jawab yang lebih besar…

Dalam setiap jejak kehidupan setiap insan, pasti akan selalu ada momentum kehidupan yang didapatkannya. Baik suka maupun duka, baik keberhasilan maupun kegagalan, atau aktivitas apapun yang membuat ekspresi wajah silih berganti dari tersenyum, tertawa, maupun menangis. Dan diri ini pun mengalami salah satu momen kehidupan yang tepat terjadi di tanggal ini, 6 tahun lalu, di sebuah tempat terpencil di pinggir kota Sleman, Yogyakarta.

Kala itu, ibarat sebuah misi rahasia, saya diminta untuk datang ke suatu tempat yang saya sendiri belum tahu dimana itu. Dan di malam hari pula! Hanya bermodalkan ancer-ancer lokasi dan sebuah pesan “tidak perlu mencertitakan hal ini ke teman-teman kelompok kita” menjadi sebuah hal yang menarik nan misterius, ada apa gerangan ini? Apakah ada hubungannya dengan beberapa kegiatan yang serupa sebelumnya dimana “pesan” tersebut juga diberikan? dan yang jelas, berbagai macam lintasan pikiran tersirat terhadap misi ini sejak pagi hari.

Continue reading “2 Februari, 6 Tahun lalu”

Revolusi 2014

…. Karena resolusi sudah terlalu mainstream, maka dibutuhkan perubahan besar dalam memperbaiki diri. Yang saya sebut dengan revolusi!…

Di tulisan terakhir di tahun 2013 lalu, saya mengatakan bahwa diri ini cukup stagnan paska “meninggalkan” Yogyakarta dalam 2 tahun terakhir ini. Sudah tidak ada lagi mimpi-mimpi tertulis yang menjadi saksi sejarah pengembangan diri saya. Sangat kontras di saat diri ini mulai “menemukan” lingkungan serta identitas yang membuat saya merasa mengalami perkembangan pesat antara tahun 2006 – 2010.

Continue reading “Revolusi 2014”

Terbangun

Entah kapan terakhir kali aku terbangun di waktu-waktu seperti ini.. Mencoba menarik memori yang tersimpan, namun tetap jua tidak berhasil..

Setelah mengisi hak ruhani, ku coba melelahkan mata agar kembali terpejam dengan masuk ke ranah sosial media termasuk blogwalking.

Menemukan tulisan terbaru dari sahabat yang kemudian mengajak pikiranku melanglang buana ke masa persinggahan di bumi keraton. Membuka memoar-memoar perjalanan yang sempat aku rindukan nuansanya.

Kenangan-kenangan seperti itu memang tidak bisa terulang. Hanya menyisakan spot dalam sebuah ingatan. Ketika belum ada yang bisa menggantikam nuansa seperti itu maka spot kenangan tersebut tak akan tergantikan. Namun, yang ku harapkan bukanlah sebuah kenangan perjuangan menggantikan kenangan yang lain, melainkan saling melengkapi..

Ketika kenangan perjuangan sudah dimulai di bumi keraton maka estafet ini perlu dilanjutkan di bumi patriot… Hingga akhirnya aku memiliki kenangan tersendiri akan kota ini….

Posted from Xperia E-ki

Dari Seorang Sahabat 3

Seorang Eki…

Peka terhadap sekitar…sehingga ia peduli dan berkontribusi…

Sensitif bernada proaktif,tapi rasional menghadapi situasi yang kadang fluktuatif…

Bertanggung jawab akan amanah yang dipercayakan…sehingga hidup begitu fleksibel untuknya…

Mendengar sekaligus mengarahkan…

Teratur dan terstruktur…sehingga persiapan jadi hal penting untuk berbicara pun bergerak…

Tak bisa (dan tak mau) sendiri…sehingga kerja tim menjadi sangat berarti…

Continue reading “Dari Seorang Sahabat 3”

Apabila Hidup Tak Ada Batasnya…

Pernah tidak membayangkan jika dalam sebuah pertandingan sepakbola tidak ada istilah 2×45 menit?

Kira-kira, apa ya yang akan dilakukan para pemainnya? Apakah mereka tetap bersemangat mencari kemenangan? Ataukah mereka hanya terus berlari dan mencetak gol hingga kaki-kaki mereka tidak bisa digerakkan dikarenakan kelelahan?

Atau jika dalam sebuah pertandingan bulutangkis tidak dibatasi nilai 21, apakah pera pemain yang bertanding akan terus melancarkan pukulan smash, lob, dropshot atau sebagainya hingga kelelahan salah satu pemainlah yang mengantarkan pemain lainnya menjadi pemenang?

Atau jika dalam sebuah balapan yang tidak ada ketentuan untuk batas putaran yang harus dilalui, apakah pebalap akan terus berputar-putar hingga bahan bakar kendaraannya habis atau hingga bannya botak?

Continue reading “Apabila Hidup Tak Ada Batasnya…”

Ziarahlah….

Dr. Musthafa Assibai’, seoarang ulama da’wah yang banyak mengabdikan hidupnya untuk perjuangan menegakkan Islam, memiliki nasihat berharga :

– Ziarahlah ke pengadilan setahun sekali supaya engkau tahu karunia AKHLAK yang Allah berikan kepadamu.

– Ziarahlah ke rumah sakit sebulan sekali supaya engkau tahu karunia SEHAT yang Allah berikan kepadamu.

– Ziarahlah ke taman seminggu sekali supaya engkau tahu karunia INDAHNYA ALAM yang Allah berikan kepadamu.

– Ziarahlah ke perpustakaan sehari sekali supaya engkau tahu karunia AKAL yang Allah berikan kepadamu.

– Dan berziarahlah kepada Rabb-mu setiap saat supaya engkau tahu karunia NIKMAT KEHIDUPAN ini yang Allah berikan kepadamu.

Posted from Ekidroid