Pahit manisnya sebuah kenangan tetap meninggalkan sebuah ruang tersisa di hati yang bisa dikenang kembali di waktu yg tepat
Sebuah tweet terketik di pagi hari, sesaat setelah tubuh ini menemukan peraduannya di ruangan kantor. Entah apa yang ada di dalam pikiran hingga akhirnya huruf per huruf saling merangkai dan kemudian tersusun menjadi untaian kalimat tersebut.
Dan saya juga tak tahu bagaimana persepsi orang ketika membaca tweet tersebut. Apakah mereka menganggap suatu hal yang biasa saja, suatu hal yang menganggap sang penulis tweet sedang menjadi galau’ers, atau hal lainnya.
Namun, jika berpikir lebih mendalam lagi, memang hal tersebut adalah hal yang wajar. Dimana ada sebuah bagian dalam episode kehidupan kita yang terekam dalam sebuah ruang dalam hati. Dan bentuk episode kehidupannya, bergantung dengan persepsi yang membacanya.
Apabila seorang pejuang, dirinya akan melihat pahit getirnya perjuangan yang ia lakukan sebagai episode kehidupannya yang terkenang. Apabila ia seorang prestatif, ia akan menjadikan prestasi-prestasi yang ia raih sebagai sejarahnya yang tak teelupakan. Dan mungkin yang lainnya juga akan memiliki sudut pandang berbeda untuk hal ini.
Ketika berbicara terkait ruang hati yang tersisa, terkadang mengingat suatu pertanyaan umum yang mungkin sering terdengar di khalayak umum,
Dengan pengalaman hidup yang anda miliki, adakah fase-fase kehidupan anda yang ingin sekali anda hapuskan?
Dan tidak sedikit pula orang yang akan menjawab,
Saya ingin menghapuskan fase-fase kelam dalam kehidupan saya karena saya tidak ingin mengingat kembali kejadian-kejadian tersebut
Namun, jika pertanyaan itu diajukan ke saya, maka jawaban saya adalah
Saya tidak ingin melupakan apapun dalam hidup saya. Saya seperti saat ini merupakan hasil dari variasi rasa dalam kehidupan masa lalu yang saya dapatkan đŸ™‚
Oleh sebab itu, akan selalu ada ruangan tersisa dalam hati yang menimbulkan kenangan dalam riak-riak perjalanan.
-sekian-
Posted from Xperia E-ki
Month: January 2014
Berapa Tahun Sudah
Hari ini datang kembali
Dan kembali ku renungi diri
Serta menata angan yang tak pasti
Jua mimpi yang selalu berganti
Sampai hari ini
Langkahku tak pernah henti
Untuk mendapat ridho Ilahi
Di alam fana ini
Berapa tahun sudah
Diri ini pasrah
Dalam tunduk Sang Kuasa
Untuk meraih cinta-Nya
Berapa tahun sudah
Banyak nikmat yang ku alpa
Hanya dosa yang ku sapa
Tapi diri takut neraka
Berapa tahun sudah
Diri ini menjaga
Karunia Sang Pencipta
Demi janji surga
~sebuah tulisan tertinggal di penghujung 2006~
Posted from Xperia E-ki
Revolusi 2014
…. Karena resolusi sudah terlalu mainstream, maka dibutuhkan perubahan besar dalam memperbaiki diri. Yang saya sebut dengan revolusi!…
Di tulisan terakhir di tahun 2013 lalu, saya mengatakan bahwa diri ini cukup stagnan paska “meninggalkan” Yogyakarta dalam 2 tahun terakhir ini. Sudah tidak ada lagi mimpi-mimpi tertulis yang menjadi saksi sejarah pengembangan diri saya. Sangat kontras di saat diri ini mulai “menemukan” lingkungan serta identitas yang membuat saya merasa mengalami perkembangan pesat antara tahun 2006 – 2010.