Setiap orang pasti akan merasakan kematian. Pasti! Dan itu hanya satu-satunya kepastian yang akan terjadi di kehidupan ini. Namun,aku tidak ingin menulis terkait kematian, setelah lebih dari dua bulan aku tidak menulis di blog ini.
Hidup di garis kematian, begitu aku menyebutnya. Mungkin orang lain menyebutnya dengan istilah keinggris-inggrisan, deadline.
Disadari atau tidak, potensi terbaik manusia umumnya timbul atau tampak ketika sudah mendekati deadline. Tidak sedikit orang akan mengoptimalkan segala daya upaya untuk menyelesaikan apa yang dia telah kerjakan saat deadline sudah semakin dekat. Sampai-sampai ada istilah, the power of kepepet, energi terbaik yang dikeluarkan saat kepepet.
Kita pernah mendengar anekdot ataupun cerita yang menggambarkan bahwa seseorang bisa melompati pagar atau tembok yang cukup tinggi saat dikejar anjing. Padahal di waktu-waktu biasa, dirinya bahkan tidak mampu melompati pagar tersebut.
Lalu, apa hubungannya dengan judul di atas?
Dengan terbiasa bekerja mendekati deadline, bisa dikatakan orang tersebut -termasuk saya- kehidupannya atau aktivitasnya ‘baru dimulai’ ketika garis kematian pekerjaannya tampak di depan mata. Adrenalin yang selama ini pasif tiba-tiba menjadi aktif. Memacu semua ide atau pikiran yang mungkin selama ini mentok atau tidak terpikirkan sebelumnya. Ya, kehidupan baru saja dimulai ketika garis kematian itu terlihat semakin dekat!
Lalu, jika untuk pekerjaan atau tugas, kita bisa seperti itu, mengapa untuk sebuah kepastian yang ada di dunia ini -kematian- terkadang kita tidak mengeluarkan potensi terbaik setiap saat?
Andaikan semua manusia mengetahui kapan dia akan mengalami kematian, so pasti, setiap waktu dirinya akan melakukan yang terbaik dalam kehidupan.
Karena, garis kematian untuk kematian itu sendiri tidak pernah terlihat atau tercatat dalam rencana kita….
Posted from Ekidroid
horee nulis lagi 😀
dan deadlne memang harus ditentukan sesegera mungkin. begitu kan ka?
Ho’oh.. Ternyata udah hampir 3 bulan kaga ada tulisan.. parah.. 😦
Sent from Ekidroid