Dalam waktu tak lebih dari 3 hari, mendapatkan kabar tentang perginya para pejuang agama Allah sangat menyedihkan hatiku. Pertama, Nurul F. Huda, salah satu pejuang dakwah melalui goresan tinta, yang meninggal pada tanggal 18 Mei lalu. Dan yang kedua adalah Ustadzah Yoyoh Yusroh, Ibu dan juga mertua dari sahabat-sahabatku.
Sesungguhnya aku tidak mengenal siapa mereka. Bertatap muka pun sepertinya tidak pernah. Yang aku tahu dari mereka adalah kisah ataupun cerita-cerita perjuangannya. Namun, entah mengapa, perasaan perih nan sedih menggelayut di hati saat mendapatkan kabar tersebut.
Nurul F. Huda merupakan penulis dimana beberapa karyanya bisa dikatakan mengenalkanku pada jalan ini dan meningkatkan hobi membacaku. Serial Cafe La Tansa di Annida dulu merupakan bagian-bagian awal yang akan ku baca ketika kakakku membeli majalah tersebut. Lalu Serial Double eF Team yang berceritakan tentang petualangan dua sahabat layaknya detektif pun lengkap berada di dalam koleksi bukuku. Belum lagi jika ditambahkan dengan kumpulan-kumpulan cerpen yang ditulisnya.
Ustadzah Yoyoh, sepertinya aku tidak pernah bersua dengannya, namun aku bisa memahami bagaimana cara beliau menyebarkan nilai-nilai Islam dengan melihat anaknya. Bang Umar. Beliau salah satu referensi di kalangan mahasiswa Kampus Biru jika ingin bertanya tentang nilai-nilai agama. Tidak sedikit cerita yang aku dapatkan terkait perjuangan beliau, entah melalui media, personal, ataupun orang-orang terdekatnya.
Ya, namanya bunga… wanginya selalu tercium dan dirindukan untuk dihirup. Ya, mereka berdua telah meninggalkan kita lebih dahulu. Namun, jejak-jejak perjuangan mereka akan tetap terkenang dan akan terus dilanjutkan oleh para penerus yang mereka telah sebar benihnya.
“Ya Allah, Yang Maha Kuasa… Engkau telah jemput dua hamba yang Engkau sayangi karena telah menyebarkan nilai-nilai dakwah-Mu… Beratkanlah timbangan amalnya agar mereka mendapatkan tempat terbaik yang Engkau janjikan…”